Sunday, August 21, 2005

Betapa jujurnya engkau perempuan

kupetik kata pada langit
bentangkan rasa melepasnya pada kanvas angkasa
aku meliuk pecahkan warna
tersenyum geli memanah gelora
melunturkan asam manisnya dunia

tatapku kosong melompong
tercenung tenggelam dalam rerimbun rumput-rumput liar yang warnanya kelam
ya kelam,karena malam melompat diatas ujung-ujungnya dan aku tercekat terjebak pekat

dalam sungai otakku hanya ada satu kata " HIDUP " sobat
dan kali ini tentang seorang perempuan berahim kanker yang telah tertidur sendu dalam peti kematian,
titik-titik sandi mengetik dalam hati dan mengirimnya pada ucap lirih yang menetes-netes diujung bibir,
ya perempuan,terkadang seperti angin taupan,juga seperti rintik hujan
tetapi kalau sudah begini cuma ada selarik judul "betapa jujurnya engkau perempuan",

aku merenung ketepi
tak ingin larut melukai
rembulan hampar bersinar
memaksaku berdiri dan melontar

"kasihan kau wulan,parasmu dibekap asap dari hutan yang terbakar,
begitu tebalnya ia,hingga kekasihmu lintang tak sanggup menopang"

dan derai sesakmu jatuh menusuk
engkau terbatuk-batuk

"huk...huk...huk,sayap sayang sayap malam"
telah kudengar tetang perempuan yang memutar dalam pikirmu itu
masuk dan kembali kedalam hangat kamarmu
asap dan angin malam sedang berpesta,minum-minuman dan mabuk-mabukan
lihat mataku,meski terhalang,aku masih mampu menyinar terang
masuk dan kembali ke hangat kamarmu,esok sudah menunggu
simpan energi dan asah pedang
siapa tau akan ada badai menerjang"

akhirnya
hanya ada suara cicak
sekelebat wajah perempuan berahim kanker
dan mataku memejam terkecup bulan




Lagoi,200805
Tadi malam-00.45am Selamat jalan Felicia Chua

Thursday, August 18, 2005

Mengenang Pahlawan Malang - Hamid Rusdi

dalam bulat mata
kau lunturkan rindu
pada gadis kebaya
dimuka pintu menunggu

menyusup hutan menjelajah hujan
bambu runcing berdarah
gemuruh jiwa melantak marah
letihmu tak jua parah

Hamid Rusdi
aku mengenangmu
ketika kabut turun dari puncak Batu
menyobek dada nampak menganga
O,pedih!

lihat disana
gadismu letih wajahnya memaling
namun kobar semangat merasuk nyawa
kau terus berlari menyerang musuh
menelantarkan cinta

Hamid Rusdi
aku cucumu
saat kemerdekaan menjadi sejarah
hanya ada sisa-sisa kisah
dari mulut kandung badan
hingga jalan ijen ditengah kota Malang

tapi
mengapa pandangmu nanar
bertanya tentang sejarah yang berjungkir

"Sini ndok,sentuh tanah ini yang tak akan pernah bohong padamu
disini semut-semut meranyapi mayatku
mengunyah satu persatu raga
lalu menelannya"

"Nelongso ndok
disini aku meremas tangan Ijrail
jangan sampai aku diambil
sebelum bangsaku bebas dari otak-otak kerdil"

O,Hamid Rusdi
aku merapatkan hati sembari memegang dada ini
menunduk hormat
perjuanganmu nikmat
yang hanya menghias dipinggir Indonesia
namun semerbak merebak di tengah tapak-tapak Rusdi



170805
Untuk keluarga Besar Rusdi!

Monday, August 15, 2005

Pantun perigi

duhai damba dinda memuja
mengapa kanda berdiam durja
sungguh kacak berteluk belanga
tetapi hati banyak berpura

bermain layang-layang dikota piring
nampak kanda jalan miring-miring
sebenar iba dalam hati dinda
tapi rupanya kanda tetap saja tak merubah

gunung bintan memanglah diam
tapi tak sediam ombak dilautan
jika kanda nak menghampir
berkacalah dahulu diperigi


070805
Buat Lenny...Hangtuah hangjebat,engkau memang bejat!
ha ha ha mang cuma satu aja laki2 didunia ini?

Bukan puisi

kepada lenny temanku



entah apa yang membawaku tuk mengingatmu
dalam cerah pagi sunyi
dan lengkingan irama lagu
yakin,kau pun tau
kenangan dan tawa kita berlalu
menggelitik hati hingga hangat pipi

hahh dasar
kita bandel
mengepak terbang lalu menembus debu kota jakarta
dan tawa kita menyeruak dalam bus damri
terkekeh-kekeh seperti mimpi
lalu tawa kita lenyap saat melihat sebuah lukisan
seketika pula terpahat sebuah judul puisi tentang manusia-manusia di bawah jembatan layang

ah len

aku rindu padamu tak henti-henti kita tertawa menyelip dalam lurusnya rel kereta,wajah merona tapi hati kita bertanya-tanya

lalu kita mengangguk,menyadari perjalanan kita sia-sia nyata,ah Len tak apa,sudah kita buktikan bahwa kita bukan pecundang

070805

Bukan manusia bodoh