Wednesday, July 23, 2008

Tuhan Suka Puisiku Juga

Tuhan,
suratmu t'lah sampai padaku
segala rupa meledak di dada
rasa ini pastilah bahagia
tak menyangka,
TUHAN suka puisiku juga

malam datang kutarik nafas dalam-dalam,
dalam tak sadar, dalam mulut lidah terus bergentayang
duka hidupku luka jiwaku
Tuhan angkat lalu Tuhan sembunyikan di balik rusuk awan

ya terima kasih Tuhan! esok ketika mata baru terbuka
dan ruh baru bergabung ke tubuh pula
akan kubuatkan Tuhan satu roti mentega
dengan kata-kata mutiara
di atasnya

mdmlg.230708
Alhamdullilah

Friday, July 18, 2008

Menunggu Pesan Umbu

Umbu, tinggalkan aku secuil pesanmu
yang tiap baitnya adalah kalimat tua
bak warna purnama
yang menembus liang jiwa

Oh, barangkali ia tersangkut samudera
atau terbawa angin
dan mengendap dalam urat angkasa

Umbu, tingkalkan satu ayat saja
selipkan di bawah pintu muka
bila pagi memamerkan giginya
akan kubaca
sampai tak lupa



mlg.190708

Wednesday, July 09, 2008

080708 is Nice Time

buka mata, buka mata
pagi buta mari tertawa
jalan sudah ramai manusia
asap mengepul melompati nyawa

aku duduk bersama secangkir teh hangat
meningkahi dingin yang tak juga bosan
menyerahkan tubuhnya, padaku

Hei,
sepagi ini aku sudah bernyanyi
melepas gigil hati
Oee, the cranberries menyeruak di tengah dadaku
ode to my family penuhi pagiku

pagi buta aku sudah tertawa
mengumpulkan keping-keping tenaga
tuk waktu yang mungkin akan lama



mlgkademen.080708isnicetime

Debu di Dalam Mata Nenekku

ada debu di dalam matamu, nenekku
biar waktu telah memutar
namun mengapa detaknya
tertinggal di belakang

kemudian,
hujan abu runtuh di atas halamanmu, nenekku
masuk melewati pelipis jendela
teh hangat di atas meja riasmu
bersolek merah
seperti warna darah



mdmlg.070708

Lost in The Water

to hide from you
i put my soul under the sunset colour
and deep of the ocean
very slowly very poorly
my love, secretly i'm lost in the water



mdmlg.060708

Hamba Perawan Laut

hamba satu dari tujuh perawan laut
berlayar di temu malam
angin larut nasib tak surut
hamba diam saja menurut

suatu senja hamba nampak lelaki penjala
menebar cinta di atas ombak
parasnya indah di runtuhi peluh surya
O hati hamba terperanjat
degup jiwa mencuat

mengapa hamba di panjati cemas
rindu pada lelaki penjala
hamba jatuh ke dalam asing rasa
entah apa,
kini menggelitik
mengetik...
tanpa hamba dapat menampik

lancang kuning tiuplah hamba
rindu ini melaju
tak satu tuju

ketika siang meradang
diri hamba begitu riang
bersua kembali dengan lelaki penjala
namun,
mata hamba menjadi buta
ketika melihat jemari kanannya
melingkar sebuah bola surya

hamba jatuh ke dalam ruang kesunyian
pasir dan gelombang
mengapa engkau diam?
hamba butuh penopang

kini hamba miskin rasa
lancang kuning pulangkan hamba,
pulangkan hamba ...
kembali ke laut raya