Mataku berdarah Penuh Asap Dan Marah
Dendamku membuncah,penuh asap dan marah
Tersangkut pada sayap,jendela,kursi,bantal,selimut,pula segelas Orange jus
Dalam tatapan berdarah ini, sepasang mata dan sejujur wajah lelaki menari
Hei jangan kau minum orange jus itu,katanya
Alirku tersedak,menatap kembali makananku sembari beriak
”tenang Sam,aku hanya seutas benang bagi bangsaku,bukan BARA politik sepertimu”.
Laki-laki itu diam,menunduk entah apa yang diaduk
Dan kubuang wajahku keluar jendela
Menabrak awan hingga mukaku merah padam
Bulir air jatuh dari dalam kolam mataku
Cepat-cepat kusekat takut ia melihat
” Chiken salad iki enak Sam”,mataku menganga lebar
Nyata lelaki itu hilang,tanpa bilang-bilang
In the SQ-29 Agustus’05 – 02.00am
Kucatat rasa ini diatas kertas tissue,biar tak kulupa rasa siskamu,MUNIR!
[Puisi ini telah terbit dalam buku yang berjudul NUBUAT LABIRIN LUKA,sebuah puisi antologi untuk tokoh HAM,Munir]
Tersangkut pada sayap,jendela,kursi,bantal,selimut,pula segelas Orange jus
Dalam tatapan berdarah ini, sepasang mata dan sejujur wajah lelaki menari
Hei jangan kau minum orange jus itu,katanya
Alirku tersedak,menatap kembali makananku sembari beriak
”tenang Sam,aku hanya seutas benang bagi bangsaku,bukan BARA politik sepertimu”.
Laki-laki itu diam,menunduk entah apa yang diaduk
Dan kubuang wajahku keluar jendela
Menabrak awan hingga mukaku merah padam
Bulir air jatuh dari dalam kolam mataku
Cepat-cepat kusekat takut ia melihat
” Chiken salad iki enak Sam”,mataku menganga lebar
Nyata lelaki itu hilang,tanpa bilang-bilang
In the SQ-29 Agustus’05 – 02.00am
Kucatat rasa ini diatas kertas tissue,biar tak kulupa rasa siskamu,MUNIR!
[Puisi ini telah terbit dalam buku yang berjudul NUBUAT LABIRIN LUKA,sebuah puisi antologi untuk tokoh HAM,Munir]
0 Comments:
Post a Comment
<< Home