Monday, August 27, 2007

Sekuntum Kamboja

Tanah yang selalu kupijak itu
Mengubah bau
Genting ambruk
Dinding remuk

Ibu! ibu!
Jariku di sini ibu
Tak mampu mengadu
Hanya mata mengalir pilu
Menatap haru
Engkau tertindih kayu

Mengapa rasa dupa begitu harum
Kaki tak jejak
Aku kembali menjadi bocah
Berlari di balik semak
Bertiarap menarik ketapel
Pemberian ayah

Kulihat sekuntum kamboja di kuping mu
Jiwaku renyai
Ingin kugapai
Tapi tak sampai



Ihuru – 180706

*terkumpul dalam buku antologi puisi Bersama
100 penyair Indonesia - Jogja 5.9 Scala Richter

0 Comments:

Post a Comment

<< Home