Nafas-Nafas Yang Bergentayang di Bawah Jembatan Layang
nafas-nafas bergentayang di bawah jembatan layang
mendengkur kencang getarkan kemiskinan
didepan dinding kertas yang di bilang halaman
manusia tua telanjang dada
melamun menghirup udara
nanar matanya bicara pada Tuhan
"apakah ini akan selamanya"?
nafas-nafas yang bergentayang di bawah jembatan layang
perempuan menunggu nasi yang tanak sebentar lagi
menyuap sang suami yang akan kembali dari bangsa-bangsa kuli
tangan meraba pelan perut buncit
mata menerawang langit-langit
suaranya terdengar pedih nyanyikan tembang jawa
"duh gusti paringono kulo djembar ndalan"!
nafas-nafas yang bergentayang di bawah jembatan layang
desah muncrat dari mulut-mulut binal
setubuh jatuh diatas lantai tanah
seorang adam telanjang dipangkuan hawa
merayakan pesta dunia yang murah meriah
lantas dosa mencatat
"sungguh mudah zina ini Tuhan"!
mataku terbakar bergentayang di bawah jembatan layang
melaju terbawa erangan bis kota
menyeret satu persatu kisah hidup tak berbusana
menahan bulir yang teramat ingin muntah
dadaku sesak jiwaku terinjak
membedung dan menahan amarah
kepadamu Jakarta
mendengkur kencang getarkan kemiskinan
didepan dinding kertas yang di bilang halaman
manusia tua telanjang dada
melamun menghirup udara
nanar matanya bicara pada Tuhan
"apakah ini akan selamanya"?
nafas-nafas yang bergentayang di bawah jembatan layang
perempuan menunggu nasi yang tanak sebentar lagi
menyuap sang suami yang akan kembali dari bangsa-bangsa kuli
tangan meraba pelan perut buncit
mata menerawang langit-langit
suaranya terdengar pedih nyanyikan tembang jawa
"duh gusti paringono kulo djembar ndalan"!
nafas-nafas yang bergentayang di bawah jembatan layang
desah muncrat dari mulut-mulut binal
setubuh jatuh diatas lantai tanah
seorang adam telanjang dipangkuan hawa
merayakan pesta dunia yang murah meriah
lantas dosa mencatat
"sungguh mudah zina ini Tuhan"!
mataku terbakar bergentayang di bawah jembatan layang
melaju terbawa erangan bis kota
menyeret satu persatu kisah hidup tak berbusana
menahan bulir yang teramat ingin muntah
dadaku sesak jiwaku terinjak
membedung dan menahan amarah
kepadamu Jakarta
0 Comments:
Post a Comment
<< Home