Tuesday, August 28, 2007

Membalas Surat Shady

Dear Shady,


Telah kuterima suratmu
Dalam putaran hari yang hampir pagi
Bibirku gagu menerjemahkan bahasamu
Namun, kulihat samudra dalam getar matamu
Ombak dan riak bersendawa
Dalamnya mengubah segala beda


Pergilah ke gereja Shady
Di sana bangku-bangku sunyi menggigil
Sekali tak apa bila kau derapkan kata-kata
Sebelum batas nyawa terbaring di atas altar
Sebelum gedung-gedung, kota-kota
Di lahap, dibakar


Tentangku,
Tiap jelang malam aku duduk bersila
Berjaga waktu yang sewaktu-waktu
Datang menyergap dan membunuhku


Kini, hati juga jiwaku sakit
Di halamanku tak henti musihab
Tak henti bencana dan amarah
Mereka begitu populer!
Setiap hari di televisi, di rado, di media cetak!
Puisiku tak se-dasyat bencana Shady
Bahkan bila kau ada,
Namamu ta’kan pernah tersebut dan tercetak di sana


Shady, maafkan aku
barangkali suratku ini akan lama sampai padamu
Karena tukang pos itu
Baru saja mati tertimbun tanah longsor


0 Comments:

Post a Comment

<< Home