Tuesday, May 19, 2009

Malam Valentine di Palestina

:kepada si penjual bunga mari bercerita:

langkah gemetar
jejakku mengakar

bunyi letusan menjadi tembang
lagu cinta, bernyanyilah!
karena darahku hampir tiba pada sebuah gedung
tempat kita berdansa

lalu kusantap aroma daging-daging terbakar
melekat pada dinding rumah-rumah lenggang
ya! lenggang, karena penghuninya telah pindah
menghibahkan segala isi jiwanya

tubuhku semakin gigil
oh, bola mata yang terkapar ini milik siapa?
dan jari-jari kecil yang putus tanpa sempat menangis,
dan sepatu-sepatu, baju-baju, koyak tanpa berteriak

hatiku semakin kecil
seikat bunga mawar ini tergenggam geram
mana mungkin ia sampai
bila perang belum usai

telah kuseru namaMU ya Allah!
raib kan pedih ini
satu peluru yang terbenam dalam paru
menyulapku menjadi sebuah batu

malam valentine di palestina
ruh ku terbang
menghitung jiwa-jiwa hilang


btm.020309

Ranjith

Ranjith,
masih ingat kah saat aku bergidik
enggan masuk dalam kuil berhalamu?

bukan tak sopan kepada Dewamu
tetapi aku takut pada ular yang melingkar di atas altarnya

Ranjith,
di Oberoi nafasmu terhempas
jantungmu terbelah
tertindih tulang-tulang dan darah
amuk garang
mengapa harus ada perang
karena masing-masing kita
tau caranya pulang


btm.020309