Monday, August 14, 2006

Kemana Detak Waktu yang Benar

kutunggu engkau detak waktu yang benar
di antara celah bukit pinus dan lurus rel kereta
bocah bocah desa berlari mengejar layanglayang lepas
terhempas di pucuk pohon kapas

arit terdengar buas membelah tubuh sawah
petani bertudung membungkuk menanam hidup
o, kumala gadis segala arah
jagalah lumbung untuk kelak jika keringat kami berkabung

masih kutunggu engkau detak waktu yang benar
di antara dinding bambu dan buih kayu dalam tungku
ada gerah dalam telapak tangan perempuan tua berkebaya lusuh
meniup api, meniup impi, menekan asap sampai mata terlampaui

beras terdengar nyaring memecah air
memisahkan kesucian
mengeringkan kelaparan
dalam gubuk kecil nenek dan cucu membagi suapan

kemana engkau detak waktu yang benar
kumala gadis desa menjadi dosa
menanam bunga dalam sangkur dan perang
sungai berlinang mengubur ladang


Ihuru - 150606

Dimuat di Media Indonesia 2 Juli'06 & Bali Post 30 Juli'06

Pelaut Kehilangan Laut

Aku ditimbun kelakar jenggala
Beringas alang mencakar arus jalan
Jangkarku tak mampu menahan
Deras tangis bulan

Aku diikat awak hutan
Tapak pelabuhan hilang tak kelihatan
Mataku memeram menangisi bintang
Di mana engkau kini penunjuk jalan

Laut!
Aku butuh laut
Biar kueram arus jalan
Barah hilang perih luka terbang

Aku pelaut kehilangan laut
Termangu menatap tanah
Semut semut bertiarap marah
menodongkan anak panah


Ihuru – Maldives 060606

Dimuat di Media Indonesia 2 Juli'06 & Bali Post 30 Juli'06

Menabur Hujan

~ untuk laki-laki yang pernah meneteskan airmata~


siapa sangka si jantan berteriak kesakitan
melompat marah berlari memutari hutan
hingga ladang rumput dijambak sampai jantungnya hilang

siapa sangka ketika melihat getah bening lurus jatuh dari tulang rusuk awan
aku pikir hanya langit yang beranak lautan

Oh bunda
engkau lahirkan kelamin panjang tetapi sebenarnya sebuah kolam dalam

siapa daya bunda
siapa daya...
ketika melihat anak lelakimu menabur hujan


Ihuru - Maldives 200506

Sepisepisepisepi

seluruh penjuru buntu
tiada angin mengaku
tahukah engkau di mana aku?

panas mata melahap kisah senja
turun menapaki bebukit langit
"sampai jumpa esok raga", katanya

nantilah aku ungu
serapah kesepianku tak mampu mengeluarkan debu
serat malam kian menyetubuhiku
aku pekat tiada dapat melihat

nanti ungu tunggu aku
rasa jengah
ditikam sepi melulu

Maldives-Ihuru, 130506

Telanjang

Dunia, kelipmu penuh warna
Di antara langit dan bumi gambar manusia berdiri
Dalam jeruji hujan rumput dan pohon menikah siri

Dan aku adalah seekor capung yang hinggap di pucuk daun
Mengunyah sembari menonton pertunjukan wayang
Kadang mataku memejam
Haru tenggelam

Namun di remang pintu panggung, darah muncul mengotori lantun

"Sst diam, jangan bilang-bilang", setan bilang
Aku berhasil menyetubuhi hati perawan, pula kusulap menjadi telanjang

Mataku terus mengunyah, mengunyah
Mengunyah iman yang telanjang kedinginan


Ihuru-190406