Betapa jujurnya engkau perempuan
bentangkan rasa melepasnya pada kanvas angkasa
aku meliuk pecahkan warna
tersenyum geli memanah gelora
melunturkan asam manisnya dunia
tatapku kosong melompong
tercenung tenggelam dalam rerimbun rumput-rumput liar yang warnanya kelam
ya kelam,karena malam melompat diatas ujung-ujungnya dan aku tercekat terjebak pekat
dalam sungai otakku hanya ada satu kata " HIDUP " sobat
dan kali ini tentang seorang perempuan berahim kanker yang telah tertidur sendu dalam peti kematian,
titik-titik sandi mengetik dalam hati dan mengirimnya pada ucap lirih yang menetes-netes diujung bibir,
ya perempuan,terkadang seperti angin taupan,juga seperti rintik hujan
tetapi kalau sudah begini cuma ada selarik judul "betapa jujurnya engkau perempuan",
aku merenung ketepi
tak ingin larut melukai
rembulan hampar bersinar
memaksaku berdiri dan melontar
"kasihan kau wulan,parasmu dibekap asap dari hutan yang terbakar,
begitu tebalnya ia,hingga kekasihmu lintang tak sanggup menopang"
dan derai sesakmu jatuh menusuk
engkau terbatuk-batuk
"huk...huk...huk,sayap sayang sayap malam"
telah kudengar tetang perempuan yang memutar dalam pikirmu itu
masuk dan kembali kedalam hangat kamarmu
asap dan angin malam sedang berpesta,minum-minuman dan mabuk-mabukan
lihat mataku,meski terhalang,aku masih mampu menyinar terang
masuk dan kembali ke hangat kamarmu,esok sudah menunggu
simpan energi dan asah pedang
siapa tau akan ada badai menerjang"
akhirnya
hanya ada suara cicak
sekelebat wajah perempuan berahim kanker
dan mataku memejam terkecup bulan
Lagoi,200805
Tadi malam-00.45am Selamat jalan Felicia Chua