Puisi Yang Jatuh di Bulan Juni
purnama menggurat
duapuluh delapan menjajaki langit temaram
dalam kepak perempuan
bola mata nanar menggapai gelap
berjalan sendiri
mengisi sepi
merona juni
dan aku perempuan yang berpuisi di bulan juni
menggenggam duapuluh delapan
yang terbalut di bulan juni duapuluh delapan
mendekat,mendekap
senyap
kemarilah kekasihku matahari
cumbu letih sayapku
akan kutembus kabut
terbang menukik
menghiasi duapuluh delapan
bersama senyuman
Tanjung Pinang,28 Juni'05
Dalam puisi dan telapak tangan mengembang
kutiup doa ini Tuhan
"aku serahkan hidup dan matiku
cinta dan kasihku padamu,amin"
Tentang Adam
Kusekat peluh memarut
dan kudekap detak yang menyeluruh
dalam hati dan jiwa
pekik bersaut
ya ampun
dadaku menyempit
sebongkah sesak mengganjal
aku tak bisa berujar
Tuhanku
engkaulah pemberi cinta dan rindu
mengirim wajah tampan dalam kehidupan
namun indahnya tak tergenggam
dibalik pintu hati aku berjuang
"Tunggu,jangan kau tutup"!
Tuhanku
dalam peluk aku membujuk
buatkan aku sebuah puisi berjudul adam
sungguh,bibirku bisu
aku tak mampu
Lagoi,26/06/05
terlalu kelu
Sayang
untuk engkau
telah kurekat dada
biar malam gagu
gelapnya tak mampu
menutup rasaku
telah pula kutanam anak bunga
yang harumnya bernama rindu
dan daunnya teduhkan kalbu
"sayang"...
agh,kupanggil engkau sayang
meski suaranya terbendung oleh gumpal-gumpal salju
yang dingin membuat mulutku beku
untuk engkau
telah kusimpan cinta
biar waktu melipat
akan kubawa engkau sampai kepintu masuk surga
Lagoi,24-06-05
BaRet UngGU
ada sebuah senja disana
rebah pulas diatas tumpukan baju
dalam almari ibuku
serentak mataku melagu
mengenang masa kecil
bergelayut pada seragam putih
seputih hati
ada sebuah warna diatas laut selatan
deru ombak membawa kereta kuda
sehelai selendang jingga
dalam peluk Indonesia
senja dan jingga beradu
melerai langit
sstt diamlah
ini ambil...kuciptakan warna ungu
tuk damai dan cintamu
ada sebuah baret ungu disana
tersenyum menawan guratkan rasa
dan secarik kata jatuh pada bibirnya
"meski senja turun dalam wajahku,namun tak akan kubiarkan musuh melumat bangsaku!
Lagoi,24 Juni ' 05
Untuk baret ungu bapakku & baret unggu bangsaku!
Flying Under The MoonLight
in the middle of the night
i'am flying under the moonlight
look arround
on the breast dark
where are you love
come and hold all my silent
before a cloudy coming
and the stars rainning
heaven
let me tell you something
"Even the Earth changing,i will keep you in the last breath"
Till my soul nothing
On june,24th' 05
look-at that!i'am flying under the moonlight!
aku perempuan bukan bulan
jeritku menderu sampai jauhmenggaung dalam celah kabutsesali nafasmengapa langit surga jauh diatasaku perempuanbukan bulantak dapat terangiladang anggur yang ranum dalam hatimudan tak dapat mendekap hangat relungmuretak hati dan mengapal tumit kakimenutup ragahingga parasku menunduktak berani menatap bola matamusungguh tuan,sungguhaku perempuan bukan bulanmelerai hatituk tak lagi bermimpi4 Juni ' 05ah...rasanya malu tuk bermimpi!
Johor bermandi hujan
ombak deburlah
angin hembuskan
rinduku yang terlalu
menyerut sunyiku
pada pintu langit
terkunci
mata-mata kosong hantu-hantu jempolong
merajam pandang
menghimpit dalam atap kecil penuh lemari
agh,menembus
kemana angin juga debur
mataku tersayat
angin mengarak gelap
warnanya menutup
jatuh diatas pulau seberang
gumamku melecut "Johor bermandi hujan".
tapi mengapa aku tak kau guyur
hanya kilat dan guntur
berkelebat
hebat
ayolah langit
puaskan aku
turunkan kabut-kabutmu
biarkan bulirnya menjarah rasaku
tenggelamkan bersama rindu-rindu menggebu
Juli,05
rolling schedule ke Banyan tree(gak kerasan :-( ,mondar-mandir,mendongak,menunduk,mengintip celah daun,di tertawai hantu-hantu gentayangan bekas korban kapal tenggelam yang memuat TKW ilegal.agh..suntuk...cuma ada mendung dan cemburu,melihat hujan runtuh di atas Johor.
AkU KeReTa Tempoe Dulu
Sementara deru kemerdekaan masih buncah
pada aku dan gerbong-gerbong kosongku
kepala menunduk jatuh
ketika sejarah membusuk
Diatas wajah waktu
"ayo,...panggil aku tuk pekikkan Merdeka"
Atau simpan jiwaku dalam atap yang teduh
Tidak kau ikat pada rel berkarat
Oh,aku sekarat
Bung
Mana yang berjuang bersamaku dulu
Ini disini
Masih ada sisa darah kemaren
Mengapa hanya pembesaran jalan yang kau perjuangkan
Apakah setetes darah tak sesegar uap aspal
Yang asapnya mengepul menjadi mobil-mobil mahal
Bung ..lihat bung
Kudekap anak jalanan yang pulas menghitung mimpi diatas gerbongku
Dan kubekap mulutku biar erangku tak memalukan roh-roh yang telah berjuang atas Bangsaku
Lirihku pada pagi itu
“bung…lihat bung,aku kereta tempo dulu tersedu
Jangan kau hancurkan perjuanganku”!
14,Mei'05
Sayap-Sayap Menggapai Langit
Kepada malaikat diatas langit
Tolong intip tidurku malam ini
Biar kau rasa getar yang membuncah
Dari dalam jiwa pasrah
Kepada malaikat yang berpakaian bagus
Lihat telapak tanganku yang menengadah
Meminta sesuap janji
Yang pernah kau bungkus dalam tangis ibunda di kampung
Sayap-sayapku gemetar tak dapat menggapai langit
Diludahi embun yang sengaja turun
Dari mulut neraka namun mereka bilang surga
Oh Tuhan aku takut
Angin yang masuk dari celah dinding-dinding beton
Meniup Izhrail dan berkata”selamat malam perempuan…apakah kau sudah siap”?
Dan aku hanya menangis menutup wajah
Sebutir nasi jatuh dalam mulut adikku
Hilang perlahan ditengah bola mata
Lalu padam
January,05
Untuk TKW Indonesia yang dihukum gantung!
Hati Dan Raga
Hati dan ragaku berkelahi
dalam pagi yang mengubah matahari
menjadi muram
angin mengikat alam
langitpun menurunkan rintik hujan
"cepat langit,turunkan derasmu"!
guyur hatiku biar tersentak bangun
aku tak kuasa menahan rintihnya
merengek manja
"oh dewa aku rindu",katanya
Aghh,aku terdorong dan terpental jauh
lalu berlari menumbuk hati
"sudah hati,jangan memintaku menutup mulutmu lagi"!
ini
tulis disini
tulis saja diatas tanah tentang uap panas yang meluap
ayo cepat tulis
jangan menangis
cepat..agh,dasar bodoh
tiba-tiba hatiku berdiri
melempar pena yang kuberi dan memaki
"kau yang bodoh"!
coba tanyakan pada bola matamu apakah dia menghantu
dan mata cuma diam
gemetar
dan menumpahkan airnya
dalam rinai mendungnya
kudekap hati
menangis kami
"aku juga rindu,apakah kau tak nampak
repihku gusar mencari jambangan tuk menuang curahan"?
Tuhan...bisiku dalam kabut abu
sampaikan padanya
bahwa akupun rindu
lagoi,100505
Nafas-Nafas Yang Bergentayang di Bawah Jembatan Layang
nafas-nafas bergentayang di bawah jembatan layang
mendengkur kencang getarkan kemiskinan
didepan dinding kertas yang di bilang halaman
manusia tua telanjang dada
melamun menghirup udara
nanar matanya bicara pada Tuhan
"apakah ini akan selamanya"?
nafas-nafas yang bergentayang di bawah jembatan layang
perempuan menunggu nasi yang tanak sebentar lagi
menyuap sang suami yang akan kembali dari bangsa-bangsa kuli
tangan meraba pelan perut buncit
mata menerawang langit-langit
suaranya terdengar pedih nyanyikan tembang jawa
"duh gusti paringono kulo djembar ndalan"!
nafas-nafas yang bergentayang di bawah jembatan layang
desah muncrat dari mulut-mulut binal
setubuh jatuh diatas lantai tanah
seorang adam telanjang dipangkuan hawa
merayakan pesta dunia yang murah meriah
lantas dosa mencatat
"sungguh mudah zina ini Tuhan"!
mataku terbakar bergentayang di bawah jembatan layang
melaju terbawa erangan bis kota
menyeret satu persatu kisah hidup tak berbusana
menahan bulir yang teramat ingin muntah
dadaku sesak jiwaku terinjak
membedung dan menahan amarah
kepadamu Jakarta
Selamat datang pagi
batang bambu tertiup angin
berderak lirik
bersenandung pagi
mengintip di beranda
dan aku
gadis dunia lain
berjalan pada celah celah bola api
dengan pipi penuh rona
mata binar
bibir sewarna kasih
menyentuh hari
kukubur sejenak imaji
ah kau pagi
terlalu bernapsu mengecup bibirku
sedang siang belum datang
rias wajahku kau hasut pudar
Mentari Dan Ilalang
tawa ilalang pecah disuatu pagi
ketika angin mulai menari
mentari berbisik
kemari kau ilalang cantik, biar kuayun lekuk pinggang
dan rasakan getar dadamu yang ranum dalam kolam mataku
bambu bersuling merdu
jemarinya menggerakkan waktu
mengiring mentari dan ilalang berdansa mesra
perlahan masuk kedalam dekapan siang
tiba-tiba angin berhenti
suara menderu dari jauh
mendekat lalu melekat
sebuah buldoser dan manusia muntahkan marah
menggulung tanah hancurkan rumah
bayi bayi rumput menangis
belalang belalang renta menjerit
oh mentari... mentari itu terjebak ribuan kaki berlari
ilalang terlepas terjatuh terlindas
mentari menunduk
menatap jauh kebawah
meyaksikan mayat mayat cacat
dan tubuh ilalangnya yang pucat
~Sebuah Kabar Biru~
kupacu kuda besi mengejar waktu
akan kukecup kau matahari
sebelum masuk ke kamar tidurmu
tepi laut tempatku dahulu
menikmati indah tubuhmu
telanjang lalu berganti piyama
senyum bersemburat senja
sungguh,kau sangat menggetarkan
mataku bertanya
mengapa mendung dan memburam
sesak asap menciptakan cadar tipis
membekap raut soremu
ah, aku ngilu
kupu-kupu kecil hinggap pada bahu
merobek mulutnya dan mengeluarkan selarik kabar
ada kebakaran hutan katanya
alir sungai mataku melebar
hanyut lalu tenggelam
rohku terbang diatas darah-darah segar
pekik panik semut dan daun membentak tatapan
lalu hanya suram matahari
dan sisa-sisa amarah api
padam didalam bola mata
Garis-garis pecah pada telapak kaki
garis-garis pecah pada telapak kaki
menekan tanah
terkadang gersang debu-debu menyelinap terbang
terkadang meringis matanya di basahi gerimis
garis-garis pecah pada telapak kaki wanita tua
kebayanya lusuh mengikat tubuh
selendangnya rekat mengikat setumpuk kayu diatas bahu
lalu malam itu
dikecupnya pria yang telah menjadi sebatang tanaman di tengah taman dipan "maafkan aku sayang,hari ini aku pulang dengan dada hampa
namun esok sebelum mentari menari
akan kupacu hati tak kan kubiarkan waktu menyudahi".
Dan pagi menjulur lembab
wanita tua di dalam derai
berdiri di tengah suara hujan dan persaingan
tampak garis-garis pecah pada telapak kakinya tak gelisah
meski terbungkam lumpur hitam
dan aku hanyalah roh yang singgah satu malam dalam tatapannya
berjalan pergi meninggalkan riuh pasar dan derap hati wanita tua
lantas di persimpangan
terhenti ketika sayup-sayup terdengar suara wanita tua memekik "Kayu...,Kayu....".
aku tersenyum... lalu benar-benar pergi